Mengambil Hikmah Bencana Banjir
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
(Bahasa Indonesia)
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
-Surat Ar-Rum, Ayat 41-
Saya mendengar dan melihat berita di televisi tentang korban banjir di Jabodetabek sudah mencapai 26 orang. Saya turut berduka sedalam-dalamnya atas musibah alam ini. Untuk keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan kelapangan hati, ketabahan, dan kesabaran atas bencana yang menimpanya.
Dan kita semua berharap sekali kepada pemerintah yang memiliki tanggung jawab untuk segera mengatasi banjir yang melanda setiap tahunnya ini. Mari kita doakan para aparatur negara maupun pemerintah provinsi agar diberikan kemampuan mengatasi semuanya.
Tidak lupa masyarakatnya sendiri harus terlibat secara aktif mencegah terjadinya bencana banjir jauh hari sebelumnya. Misalnya dengan gaya hidup ramah lingkungan. Contoh sederhananya peduli pada kebersihan dan tidak perlu membuang sampah sembarangan. Apalagi membuang sampah di sungai, selokan, serta saluran air lainnya.
Saya lama hidup di Jakarta, sekitar 5 tahun. Memang di beberapa wilayah di Jakarta. Masih saya temukan orang kurang peduli dengan kebersihan lingkungannya sendiri. Banyak sampah rumah tangga dibuang ke sungai begitu saja. Akhirnya sungai jadi tercemar, bau, kotor, dan mampet.
Sementara pemerintah tetap saja memberikan izin bangunan demi bangunan tinggi kepada para pengusaha. Tidak salah secara bisnis, ada pajak penghasilan bagi pemerintah di sana. Hanya saja, dampak jangka panjangnya semakin parah. Tidak ada lagi resapan tanah untuk menyimpan air yang cukup. Semua permukaan tanah ditutup oleh cor-coran dan material bangunan padat lainnya.
Ketika musim hujan tiba, keserakahan manusia ditenggelamkan oleh banjir bandang. Harta benda terlihat tidak ada artinya. Lebih berharga nyawa dan kesehatan manusianya. Semua ditinggalkan pada waktu itu juga. Mobil dan motor hanyut, rumah mewah disia-siakan, tak ada daya dan upaya kala itu.
Keserakahan manusia juga membuat tidak nyaman hidup di ibu kota. Macet luar biasa, panas menyengat, ditambah kepulan asap polusi udara yang tidak sehat kita hirup. Semua bergumul di hiruk pikuk kepongahan metropolitan. Padahal satu mobil hanya ditumpangi 1 atau 2 orang saja. Bayangkan saat mobil itu tidak usah berderet di jalanan. Hanya manusia saja, sungguh masih terasa lega itu jalan raya. Lagi-lagi hanya gengsi dan kesombongan penyakitnya.
Mari kita contoh ke Negara Jepang atau negara ramah lingkungan lainnya seperti New Zealand. Bukan bermaksud membandingkan. Hanya untuk mengambil pelajaran. Jepang meskipun negara produsen Mob dan motor , tapi orang-orangnya lebih suka jalan kaki atau bersepeda. Berbeda sekali dengan orang-orang Indonesia. Malah kebalikannya.
Di New Zealand, sungai-sungai sangat rapih dan bersih. Di Jakarta, anda bisa lihat sendiri.
Jadi, benar apa kata Allah SWT dalam surat cintanya di Al Qur'an yang mulia. Jika ada kerusakan dan bencana di bumi, itu karena ulah tangan manusia sendiri. Mari kita berbenah dan segera sadar diri. Belum ada kata terlambat untuk memulai perubahan yang lebih baik. Sebab Allah juga melarang kita untuk berputus asa.
Terimakasih sudah membantu mengingatkan @pilarteduh
ReplyDeleteSudah sepantasnya kita saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran.
ReplyDelete