Suatu hari Socrates[1]
berjalan-jalan ke pasar. Ya, beliau memang hobi keluar masuk pasar. Namun,
tidak seperti orang kebanyakan. Sementara orang lain ke pasar untuk berbelanja
mencari barang-barang yang dibutuhkan, tapi Socrates hanya melihat-lihat saja.
Hampir setiap hari
Socrates blusukan ke pasar. Setelah puas keliling menyusuri lapak-lapak dan
kios-kios di pasar tradisional, biasanya Socrates ngobrol dengan orang-orang
membahas banyak hal. Socrates bertanya, kemudian lawan bicaranya menjawab. Lalu
jawaban itu dipertanyakan kembali oleh Socrates begitu seterusnya.
Terkadang orang yang diajak bicara merasa mentok. Dari sinilah cara Socrates berfilsafat. metodenya ini kemudian dikenal dengan Dialektika. Yakni mengajak orang berpikir dengan cara berdialog.
Terkadang orang yang diajak bicara merasa mentok. Dari sinilah cara Socrates berfilsafat. metodenya ini kemudian dikenal dengan Dialektika. Yakni mengajak orang berpikir dengan cara berdialog.
Pernah suatu ketika
dia ditanya, “Wahai Socrates, kamu ngapain keliling pasar tapi tidak membeli
apapun? Hanya lihat-lihat saja, kemudian pergi. Besoknya saya perhatikan begitu
juga.”
Socrates pun
menjawab, “Justru saya ke pasar itu untuk mencari tahu berapa banyak barang
yang tidak saya butuhkan. Dan ternyata banyak sekali yang tidak saya butuhkan.”
Orang yang bertanya
pun heran mendengar jawaban itu. Mungkin dia mengira Socrates Stres atau hampir
gila. Tapi, bila kita menelaah lebih dalam, maka kita akan mendapatkan hikmah
di balik kisah filosof besar dari Yunani ini.
Guru Plato ini
mengajarkan kepada kita tentang seni menahan diri. Bagaimana kita mengatur hawa
nafsu dan keinginan liar kita. Kodrat manusia itu tidak pernah merasa puas.
Selalu pengen ini dan pengen itu. Tanyakan pada orang kaya yang punya
perusahaan besar. Pasti dia pengen nambah lagi. Tanyakan pada presiden yang
baru menjabat satu periode. Pasti dia mau mencalonkan diri satu kali lagi.
Begitulah adanya manusia.
Bahkan ajaran Buddha
Sidarta Gautama menyatakan bahwa sumber utama penderitaan adalah
keinginan-keinginan itu. Maka puncak dari ajaran Buddha adalah Moksa. Ketika
manusia terbebas dari rasa ingin.
Ajaran Islam juga
mengajarkan umat Islam agar memiliki rasa qanaah. Yakni merasa cukup dan tidak
berlebihan. Tidak serakah ataupun kekurangan. Yang sedang-sedang saja.
Terkadang ketika kita banyak duit, pengennya berkunjung ke pasar lalu kalap
beli semua barang. Padahal belum tentu barang itu benar-benar kita butuhkan.
Akhirnya barang itu mubazir. Hanya sebagian orang saja sih, yang seperti itu.
Semoga kita semua bukan bagian darinya.
Jika Socrates ke
pasar karena untuk mencari tahu seberapa banyak barang yang tidak dia butuhkan,
sehingga tidak membeli apapun. Penulis sendiri ke mall atau ke pasar tidak beli
apa-apa, karena memang tidak punya duit. hehehe....bercanda.
Semoga bermanfaat dan
salam kesadaran.
[1]
Socrates
lahir di Athena, Yunani 469 SM-399 SM. Dia merupakan guru dari Plato dan
Aristoteles. Dia adalah ahli Filsafat generasi pertama di belahan dunia Barat
Benua Eropa. Meskipun beliau disebut-sebut sebagai filosof besar, namun
Socrates tidak pernah menulis satu karya tulis pun berupa catatan ataupun buku.
Comments
Post a Comment