Soekarno: Sendiri
Soekarno pernah
mengatakan, “ada saatnya dalam hidupmu
engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia lalu
meneteskan air mata.” Mungkin ini kata-kata Bung Karno yang paling mellow. Nadanya seperti bukan karakter
Soekarno yang tegas dan berapi-api ketika berpidato tampil di depan jutaan
orang.
Dari kata-kata itu juga
mungkin akan banyak muncul beberapa penafsiran. Setiap kepala bisa memahami
ucapan itu sesuai versinya sendiri. Namun, dalam hidup ini, kita harus ada
waktu untuk sendiri. Hal itu sangat penting.
Jika dalam agama kita
dianjurkan untuk bertafakkur, disuruh muhasabah, dan evaluasi atau bahasa
lainnya introspeksi diri. Seperti dalam sejarah dulu Nabi Muhammad Saw, dalam
waktu-waktu tertentu selalu melakukan kegiatan ini di gua Hira. Kemudian tempat
itu menjadi tempat sejarah turunnya Firman Allah Swt berupa ayat Al-qur’an yang
pertama yakni surat Al-‘alaq ayat 1-5
berkenaan dengan perintah membaca.
Nah, dengan ini berarti
memang nyata bahwa manusia itu perlu menjauh sebentar saja dari keramaian.
Apabil kita terlibat terus dalam keramaian, kita tidak akan bisa obyektif. Kita
akan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan
mana yang salah. Kita akan susah menjadi jernih.
Tentu saja yang
dimaksud sendiri itu bukan melamun tidak karuan. Melamun itu tidak ada tujuan
yang jelas, ngawang-ngawang, ngelantur. Tapi, berdiam diri itu maksudnya
merenungkan sesuatu. Ambil contoh Nabi Muhammad Saw di gua Hira itu menyepi
karena memikirkan jalan keluar untuk membebaskan kaumnya dari tradisi Jahiliyah
(kebodohan). Penyembahan berhala, membunuh anak perempuan hidup-hidup,
perbudakan, dan sebagainya. Nabi berpikir dan mendekatkan diri pada Allah dan
akhirnya mendapatkan petunjuk.
Begitu pula Buddha
Siddharta Gautama yang melakukan pertapaan di bawah pohon Boddhi untuk mencari
jalan pembebasan bagi masyarakatnya yang masih mengenal kasta. Akhirnya setelah
melakukan semedi dalam waktu yang panjang, Buddha mendapatkan pencerahan dengan
konsep delapan jalan utamanya.
Maka jangan takut
sendiri! menepilah, menyepilah untuk merenung dan dapatkan kebijaksanaan
hidupmu sendiri. Bila perlu berpikirlah untuk mencari solusi atas masalah yang
ada di sekitarmu. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nabi dan Buddha.
Semoga bermanfaat dan
salam kesadaran.
Comments
Post a Comment