Berguru Pada Lao Tzu
Lao Tzu adalah pendiri
ajaran Taoisme. Ajaran ini berasal dari Tiongkok. Dalam Filsafat masuk dalam
kajian Filsafat Timur. Ajaran Filsafat Timur mirip dengan kebijaksanaan Jawa.
Yakni mengajarkan keseimbangan dan keselarasan hidup. Nilai-nilai ketuhanan tak
bisa dilepaskan dari Filsafat Timur. Termasuk ajaran Taoisme ini. Hakikat Tao
sebetulnya seperti Tuhan. Namun ia akan disimbolkan dengan keserasian alam
semesta.
Mari kita belajar
ulasan Lao Tzu tentang belajar dari Air. Air menurut Lao Tzu memiliki tiga
karakter utama. Air memiliki sifat yang lembut. Air selalu mengalir dari tempat
tinggi ke tempat yang rendah dan masuk pada celah-celah terkecil. Air juga
memiliki kemampuan merawat apapun.
Begitulah seharusnya
manusia yang bijaksana. Kata Lao Tzu, orang bijak harus bisa meniru sifat dan
karakter utama air tersebut. Manusia yang bijaksana harus bersikap lemah lembut
penuh kasih sayang terhadap sesama tanpa
pandang bulu. Pada siapapun dia, tak peduli kawan maupun lawan.
Manusia bijaksana juga
harus memiliki sifat rendah hati. Tidak boleh sombong, angkuh, dan besar kepala.
Dia harus bisa masuk pada semua kalangan. Tidak boleh membeda-bedakan status
ekonomi dan sosial. Tidak boleh memilah-milah suku, ras, dan golongan tertentu.
Manusia yang bijaksana harus bisa melebur, menyatu bersama mereka semua.
Manusia bijaksana harus
bisa merawat seperti air. Ada orang yang membutuhkan pertolongan kita bantu
semampunya. Ada orang yang sakit kita carikan obat. Ada orang yang lapar kita
berikan makanan.[1]
Ada orang yang telanjang kita berikan pakaian. Ada orang yang kesepian, sedih,
galau, kita hibur dan besarkan jiwanya.
Dengan meniru tiga
karakter utama dari sifat-sifat air itu, maka kita akan mengamalkan ajaran Tao.
Karena alam semesta adalah manifestasi sempurna dari Tao. Tao adalah sumber
utama alam semesta beserta isinya. Belajar dari alam semesta berarti sama saja
berguru pada Tao. Semakin menyatu dengan alam, semakin dekat dengan Tao. Itulah
keseimbangan antara Tao dan alam semesta.
Dalam sebuah hadits
nabi pernah dsebutkan, “Utlubul ‘Ilma
Walaw Bissiin.” Artinya tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China. Ada yang
berbeda pendapat dengan penafsiran hadits itu. Siin yang dimaksud bukan China (Tiongkok) tapi Shindu atau sekarang India. Alasannya karena India adalah kawasan
yang sangat maju peradaban spiritualnya.
Terlepas dari perbedaan
penafsiran tersebut, entah yang benar apakah China tempat Lao Tzu lahir atau
India pusat agama Hindu. Tapi, intinya adalah kita dianjrukan untuk menuntut
ilmu ke negara sejauh mungkin. Belajar pada budaya daerah lain, belajar pada
kebijaksanaan orang lain, termasuk belajar pada agama lain.
Ingat kewajiban belajar
itu dimulai dari lahir sampai liang lahat. Bahkan al-qur’an firman pertamanya
adalah Iqra! yang artinya
memerintahkan kita untuk belajar. Belajar tidak dibatasi oleh wilayah, suku,
budaya, agama, ras dan sebagainya. Belajarlah tanpa batas.
Semoga bermanfaat dan
salam kesadaran.
[1]
Terkait dengan memberikan makan kepada fakir miskin, dalam surat Al-Ma’un 107:
1-2 pun dianjurkan “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah yang
menghardik anak Yatim dan tidak menganjurkan memberi makan bagi yang miskin.”
Comments
Post a Comment